Sebuah kisah di sebuah negeri yang indah namun tak seindah yang terlihat. Sebuah kerajaan di bawah pemerintahan seorang putri yang baru berusia empat belas tahun. Sepeninggalan kedua orang tuanya, dia memutuskan untuk menjalankan kerajaannya sendiri bersama sang kakak yang rela mengabdi menjadi pelayan setia pribadinya demi keselamatannya. Sebuah kerajaan dimana alamnya terbentang indah namun tidak dengan rakyatnya. Apa yang dapat dilakukan seorang gadis remaja berumur empat belas tahun selain memenuhi keegoisannya? Uang bukanlah perkara yang susah. Cukup memberi mereka pilihan, membayar pajak atau tergantung pada seutas tali. Bunga kejahatan terus tumbuh mekar di tengah berbagai malapetaka yang penuh darah. Mereka yang menjadi rumput liar hanya akan mati terinjak sia-sia.
Seperti halnya sebuah negara, kerajaan ini juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan lain di dataran yang berbeda. Pesta pertemuan pun digelar demi hubungan baik antar kerajaan. Perjanjian kerjasama militer dilaksanakan. Sang putri jatuh cinta kepada seorang pangeran dari negeri seberang. Mereka berdansa sepanjang malam, diiringi alunan syahdu musik yang dimainkan oleh para maestro orchestra. Malam terasa begitu singkat, bayangan wajah sang pangeran masih melekat jelas dalam benak sang putri.
“Aku ingin minum teh.” Ujarnya sambil menatap luas keluar jendela.
“Hari ini aku akan menggantikan perdana menteri yang sedang sakit untuk menghadiri pertemuan di kerajaan bagian selatan.” Ucap sang kakak saat sedang menuangkan teh. Sang putri hanya menatapnya dengan senyuman.
“Aku akan memerintahkan beberapa pegawal untuk menemanimu.”
Siang yang begitu terik di kerajaan bagian selatan. Selepas menghadiri pertemuan kerajaan, sang kakak memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak meninggalkan para pengawalnya di istana untuk membeli sesuatu yang mungkin akan disukai adiknya. Tanpa sengaja dia menabrak seorang gadis yang sedang membawa banyak barang. Sang gadis meminta maaf penuh penyesalan namun tidak dengannya. Dia terpana, terdiam memperhatikan si gadis yang memunguti barang bawaannya. Gadis itu begitu cantik, secantik sikap dan hatinya. Detik berikutnya dia mulai tersadar dan segera membantu si gadis lalu meminta maaf. Dia mulai menyadari dirinya sedang jatuh hati pada pandangan pertama sesaat setelah kepergian sang gadis. Dia pun memutuskan untuk kembali ke kerajaannya sedangkan di tempat lain si gadis menemui cinta sejatinya yang telah lama menunggu kehadirannya, seorang pangeran dari negeri seberang.
Waktu demi waktu berganti. Siang berganti malam. Hari terus berganti. Sang putri akhirnya mengetahui bahwa pangeran pujaan hatinya telah memiliki seorang kekasih. Dia begitu terpuruk, sedih dengan tangisan yang tak terbendung. Dia berteriak-teriak penuh kepedihan, merasakan begitu sakit pada luka hatinya. Dia putus asa, seolah dunianya akan segera berakhir. Namun tidak, apabila dia memiliki pilihan lain. Kemudian dia perintahkan sang kakak untuk menyingkirkan kekasih sang pangeran. Seseorang yang ternyata merupakan pujaan hati sang kakak. Dimalam yang begitu gelap, sunyi, hanya keheningan yang menemani langkahnya. Sang kakak menjalankan tugasnya, bersatu dengan bayangan mencari buruannya di kerajaan bagian selatan. dibawah gerhana bulan dia menghunuskan pedangnya kepada sang gadis pujaan hati. Air matanya tak dapat berhenti menetes menahan rasa sakitnya begitu juga dengan darah si gadis. Gadis itu mengusap lembut wajah dibalik tudung hitam, menghapus air matanya yang terus mengalir.
“Aku tahu kau akan datang.” Sesaat kemudian si gadis menutup matanya dengan sebuah senyuman terukir indah diwajahnya. Malam masih belum berganti, setelah kepergian sang kakak, sang pangeran datang mendapati kekasihnya telah terbaring kaku penuh noda darah. Dia menangis pilu memeluk erat tubuh kaku sang kekasih tanpa mampu berbuat apa-apa. Andai saja dia lebih keras kepala dari si gadis, mungkin kejadian ini tak akan terjadi. Dengan keteguhan hati, dia bersumpah dihadapan mayat sang kekasih untuk membalaskan dendam.
Hari berikutnya seperti biasa sang putri duduk diam, menatap luas keluar jendela.
“Aku ingin minum teh.” Ujarnya.
“Kue hari ini adalah Brioche.” Jawab sang kakak sambil menuangkan teh kedalam cangkir. Sang putri tertawa lepas, begitu tulus dengan membawa harapan bahwa hari esok akan baik-baik saja dan sang pangeran akan berpaling padanya. Namun, kenyataan tak sesuai ekspektasi. Sang pangeran dari negeri seberang membatalkan perjanjian dengan kerajaan sang putri. Kemudian dia merencanakan penyerangan bersama pasukannya dan tentara bayaran malam untuk meruntuhkan kerajaan sang putri. Serangan tak dapat dihentikan, perang pun tak dapat dicegah. Semua amarah yang telah ada selama bertahun-tahun mengiringi rakyat untuk bergabung dengan sang pangeran. Ditengah peperangan yang semakin sengit, sang kakak memberikan bajunya kepada sang adik.
“Aku pinjamkan pakaianku, pakailah dan segera pergi dari sini. Jangan khawatir, kita anak kembar. Tidak akan ada orang yang menyadarinya.” Sang adik kemudian pergi, berlari meninggalkan istana. Meninggalkan sang kakak yang telah memakai bajunya. Meninggalkan sang kakak ditengah peperangan yang telah mendesak kerajaannya. Sang pangeran kemudian berhasil menerobos masuk, mengacungkan pedangnya kearah sang putri yang sebenarnya adalah kakak sang putri. Sang kakak hanya terdiam, memunggungi sang pangeran sambil menatap luas keluar jendela.
“Kau sungguh tidak sopan!”
Hari berikutnya, sang kakak akan dihukum penggal. Dihadapan rakyat pada pukul 3 sore. Sebuah kerajaan jahat yang awalnya tak ada orang yang berani menghadapi, kini mereka membicarakan dia tanpa pikir panjang. Pada akhirnya waktu telah datang. Sang adik berlari berusaha menerobos kerumunan. Lonceng gereja berbunyi terdengar suram. Menandakan eksekusi akan segera dimulai. Sang kakak tersenyum, menatap lembut sang adik yang terus menangis terisak. Lonceng gereja terus berbunyi menggetarkan jiwa. Sang pangeran memberi aba-aba, menandakan bahwa dialah pemenang, penguasa baru wilayah itu. Detik berikutnya sang kakak telah dieksekusi dengan jeritan pilu sang adik penuh penyesalan.
"Kaulah sang putri, aku adalah pelayan
Takdir telah ditentukan
Anak kembar yang menyedihkan
Untuk melindungimu, aku memilih menjadi iblis
Kita lahir dari sebuah pengharapan
Lonceng gereja memberkati kita
Jika seluruh dunia menjadi musuhmu
Aku akan melindungimu
Sehingga kau tetap tersenyum dan tertawa
Andai kita terlahir kembali
Aku ingin kita terus bersama."
.
.
.
Inspired by the song of : Kagamine Len - Servant of Evil
No comments:
Post a Comment