Kalangan tak Terjamah

Berbicara persoalan pemerintah memang tidak ada habisnya. Satu konflik selesai, muncul konflik baru. Tak jarang beberapa konflik yang belum terselesaikan malah tertumpuk dengan konflik baru yang lain. Konfliknya pun beraneka ragam. Sebagian besar bahkan terdengar sedikit konyol. Dengan tanpa malu tentu saja media menyiarkannya melalui jaringan-jaringan pemberitaan. Mulai dari persoalan serius, sampai yang terdengar bodoh sekalipun.

Apa daya, masyarakat yang tidak berhubungan dengan pemerintahan hanya berperan sebagai orang ketiga. Penonton. Pemerhati. Atau apapun tanpa bisa berbuat. Ya, paling maksimal mungkin hanya berunjuk rasa di depan gedung angkuh sang wakil rakyat. Lantas bagaimana? Setelahnya terserah, mereka hendak mendengar atau tidak. Sebagian besar malah bersikap tak acuh seolah tidak ada hal yang terjadi. Sungguh ironi. Sistem demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat malah disikapi dengan tidak biasa. Diacuhkan.

Ah, ya, sejauh ini aku hanya membahas persoalan sisi negatif 'mereka' saja. Aku yakin, tentu tidak semuanya begitu. Setidaknya menurut keyakinanku. Kita ketahui bahwa sifat manusia ada 2 macam. Baik dan buruk, cerdas dan bodoh, penuh simpati dan tidak punya hati. Tunggu, apa tadi aku menyebut 2 macam? Ya, setidaknya mereka saling berkebalikan. Dalam suatu tempat, atau forum, atau apapun itu tentu tidak semua orang memiliki sifat yang serupa. Dalam tumpukan jerami sekalipun, pasti ada beberapanya yang masih berupa padi. Hanya saja tergantung apakah mereka memiliki keberanian atau tidak, dan memiliki kepedulian, atau tidak. Kepedulian berupa hal yang terjadi dalam topik yang sedang kita bahas. Mengapa mereka tidak peduli? Untuk apa? Tentu agar mereka tidak ikut terseret. Beberapa padi dalam tumpukan jerami ini terkadang memiliki keengganan untuk mendengar, melihat, atau berbicara mengenai persoalan yang sedang terjadi, yang lama kelamaan membuat mereka akhirnya tidak peduli, kemudian menjadi takut akan terlibat. Begitulah.

Hal-hal tersebut kemudian berimbas pada kaum-kaum kecil yang tidak tahu apa-apa. Kalangan umum, seorang guru, lalu ada juga penjual cangcimen, seorang pelacur, bahkan tukang jamu misalnya. Kalangan-kalangan tak terjamah. Permasalahan yang sering menimpa, yang paling menyengsarakan, korupsi. Oleh beberapa jerami dalam tumpukan. Atau oleh beberapa ekor tikus dalam rumah besar. Kalangan-kalangan tak terjamah tersebut tidak tahu menahu, namun mereka tetap terkena imbasnya. Mereka dengan penuh percaya telah dikhianati begitu kejamnya oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Demi memenuhi kepentingan pribadi mereka. Lantas apa yang dapat dilakukan oleh para kalangan tak terjamah ini? Mereka bukan penonton, bukan pula pemerhati. Mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi. 


"Kau dengan tega memungutku, menanam benih di perutku, kemudian membuangku begitu saja. Atas semua hal yang telah kau lakukan, akan ada balasan yang setimpal bagimu. Kau akan melihatnya nanti..."


"Ya, akulah yang melakukannya. Kau tahu, kalian semua tahu. Lantas apakah kalian akan diam saja?"
.
.
.
Karakter keempat : Kalangan tak Terjamah

No comments:

Post a Comment

Populer