Terapi

         Aku tidak pandai menulis. Ya, aku akan mengawali postingan ini dengan statement tersebut. Butuh lebih dari sekedar keberanian untuk menulis. Semua orang pada dasarnya bisa menulis, namun tidak semua orang pandai menulis, dan aku bukan orang yang pandai menulis. Aku tidak tahu apakah akan ada orang yang mau membaca postingan-postingan di blog pribadiku ini, atau bahkan apakah akan ada orang yang sekedar tertarik meng-click tautan blog pribadiku, namun bila ada, dan bila kau adalah salah satunya yang rela menghabiskan waktumu untuk membaca tulisanku, kuperigatkan, percayalah, setelah ini isinya akan tidak lebih dari buah pikiran dangkalku saja.

        Ada beberapa hal yang menuntunku sampai akhirnya bertemu kembali dengan blog usang ini. Tentu alasan terbesar yang melandasinya adalah perasaan patah hati. Tapi di luar itu, aku cukup bersyukur dapat menemukan blog ini kembali karena membaca tulisan-tulisan lamaku, membuatku merasa seperti sedang membuka capsul waktu. Aku menjadi cukup banyak memiliki waktu nostalgia. Sebagian orang yang tidak mengenalku secara personal akan menganggap tulisan tersebut hanya karangan delulu yang tidak memiliki makna. Mungkin ada benarnya, tapi biar kuberitahu kau mengenai latar belakang aku membentuk blog ini dan maksud dari tulisan-tulisanku tersebut.

        Blog ini terlahir pada masa-masa transisi terberat kehidupan para remaja kuliahan. Benar sekali, masa skripsian. Masa dimana semua yang kau perjuangkan selama 4-5 tahun berkuliah akan ditentukan dari pertanggung jawaban atas satu bundle karya tulismu. Masa itu bukanlah masa terberat dalam hidupku, namun aku tetap membutuhkan sebuah wadah untuk 'melarikan diri'. Maka tercetuslah ide untuk menulis, apapun itu, sebagai perantara kepada wadah yang akan kubuat, juga sebagai terapi. Kemudian aku mulai memikirkan hal apa yang kiranya akan kutulis. Hal-hal yang paling dekat denganku, yang tidak terlalu membebani pikiranku saat akan menuliskannya. Lalu muncullah ide untuk membuatkan wadah kepada karakter-karakter imajiner yang sempat aku ciptakan saat masih aktif bermain peran dulu.

Satu persatu aku memindahkan mereka ke dalam 'wadah' baru, merasakan kembali feels saat aku menciptakan 'mereka'. Mendalami kembali keresahan apa yang 'mereka' miliki, dan bagaimana cara menuangkannya ke dalam satu bentuk tulisan yang utuh. Cara ini rupanya cukup berhasil untuk membantuku mengenal lebih jauh diriku sendiri, walau belum semua karakter berhasil aku buatkan wadah karena terhambat tanggung jawab lain yang harus diselesaikan, hingga akhirnya terbengkalai dan terlupakan. Kini aku menemukan mereka kembali, dan akan memulai kembali 'terapi'-ku namun dengan topik yang tidak menentu. Kuharap kau mau memakluminya, karena apa yang akan ku tuliskan kini, akan berubah-ubah sesuai dengan suasana hatiku pada waktu tersebut.

Aku berharap cara ini akan kembali efektif untukku, membantu untuk menemukan kembali diriku, sebagai terapi yang dapat menyembuhkan kembali pribadi yang telah luluh lantak ini diterpa hal-hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Satu-satunya tempat aku dapat mencurahkan segalanya tanpa perlu khawatir akan dihakimi, yang tidak pernah protes akan apapun hal yang kusampaikan. Satu-satunya wadah yang kumiliki, karena aku tidak memiliki siapapun di luar sana.



Kuharap, siklon tropis ini, dapat segera berlalu.

No comments:

Post a Comment

Populer